Unlock hundreds more features
Save your Quiz to the Dashboard
View and Export Results
Use AI to Create Quizzes and Analyse Results

Sign inSign in with Facebook
Sign inSign in with Google

Quiz Kelas 5 Bahasa Jawa Semester 2: Uji Pengetahuanmu!

Tantang dirimu dengan latihan soal Bahasa Jawa Kelas 5 semester 2 dan uji kemampuanmu!

Difficulty: Moderate
2-5mins
Learning OutcomesCheat Sheet
Paper art illustration for a quiz on 5th grade Javanese language, Semester 2 on a teal background.

Selamat datang di Quiz Kelas 5 Bahasa Jawa Semester 2 - Uji Pengetahuanmu! Apakah kamu siap mengasah kemampuan kosakata dan tata bahasa Jawa melalui kuis bahasa Jawa kelas 5 yang seru ini? Dengan latihan soal Bahasa Jawa semester 2 dan kumpulan soal Bahasa Jawa SD kelas 5, kamu bisa mengukur pemahamanmu tentang kosakata dan struktur kalimat. Quiz Bahasa Jawa online ini dirancang khusus bagi siswa yang ingin menyiapkan diri menghadapi ulangan dan menambah percaya diri. Jangan lupa cek quiz on syllabus dan Latihan Ujian Bahasa Sunda SMP . Ayo, buktikan kemampuanmu sekarang!

Bagaimana bahasa Jawa untuk 'Selamat pagi'?
Sugeng siang
Sugeng sonten
Sugeng enjang
Sugeng dalu
Ungkapan 'Sugeng enjang' secara harfiah berarti selamat pagi dalam bahasa Jawa. Kata 'sugeng' bermakna selamat atau semoga baik, sedangkan 'enjang' artinya pagi. Ungkapan ini umum digunakan untuk menyapa di pagi hari. Pelajari lebih lanjut di Wikipedia Bahasa Jawa.
Bagaimana bahasa Jawa untuk 'Terima kasih'?
Suwun matur
Matur nuwun
Nuwun sewu
Suwun nuwun
Ungkapan 'Matur nuwun' adalah cara sopan mengucapkan terima kasih dalam bahasa Jawa. 'Matur' berarti mengucapkan, sedangkan 'nuwun' berarti terima kasih. Penggunaan ini sudah menjadi standar dalam percakapan sehari-hari. Pelajari lebih lanjut di Wikipedia Bahasa Jawa.
Ungkapan afirmasi 'Ya' dalam bahasa Jawa sehari-hari adalah…
Iyo
Inggih
Mboten
Kulo
Dalam bahasa Jawa ngoko (sehari-hari), kata 'iyo' umum dipakai sebagai jawaban afirmatif untuk 'ya'. 'Inggih' lebih sopan dan termasuk ragam krama inggil. 'Mboten' artinya 'tidak', dan 'kulo' artinya 'saya'. Pelajari lebih lanjut di Wikipedia Bahasa Jawa.
Berapa angka tiga dalam bahasa Jawa?
Telu
Pitu
Siji
Loro
Kata 'telu' adalah bentuk bahasa Jawa untuk angka tiga. 'Siji' berarti satu, 'loro' berarti dua, dan 'pitu' berarti tujuh. Sistem bilangan Jawa masih sering digunakan dalam konteks tradisional. Pelajari lebih lanjut di Wikipedia Bilangan Jawa.
Warna biru dalam bahasa Jawa disebut…
Biru
Kuning
Abang
Ijo
Biru adalah serapan dari bahasa Indonesia yang juga dipakai dalam bahasa Jawa modern. 'Abang' berarti merah, 'ijo' berarti hijau, dan 'kuning' tetap kuning. Istilah warna dalam bahasa Jawa sering mengikuti kosakata nasional. Pelajari lebih lanjut di Wikipedia Warna.
Bagaimana bahasa Jawa untuk hari Senin?
Senen
Ahad
Setu
Seloso
Dalam bahasa Jawa, hari Senin disebut 'Senen'. 'Seloso' adalah Selasa, 'Setu' adalah Sabtu, dan 'Ahad' adalah Minggu. Penamaan hari mengikuti logika bunyi lokal. Pelajari lebih lanjut di Wikipedia Hari.
Perintah 'Lihat!' dalam bahasa Jawa adalah…
Waca!
Delengen!
Rungokna!
Turu!
Kata 'delengen' berasal dari kata dasar 'deleng' yang berarti melihat. 'Waca' artinya baca, 'rungokna' artinya dengarkan, dan 'turu' artinya tidur. Perintah ini sering digunakan untuk meminta perhatian visual. Pelajari lebih lanjut di Wikipedia Bahasa Jawa.
Bagaimana bahasa Jawa untuk 'Jangan'?
Aja
Ora
Kudu
Mboten
Dalam bahasa Jawa ngoko, kata negatif perintah 'jangan' adalah 'aja'. 'Ora' dan 'mboten' adalah kata negatif untuk 'tidak'. 'Kudu' artinya harus. Penggunaan 'aja' sangat umum dalam percakapan sehari-hari. Pelajari lebih lanjut di Wikipedia Bahasa Jawa.
Terjemahkan kata 'Rumah' ke dalam bahasa Jawa.
Ruma
Griya
Impak
Omah
Kata 'omah' adalah padanan bahasa Jawa untuk 'rumah'. Istilah ini sangat sering muncul dalam cerita rakyat dan percakapan. 'Griya' adalah kosakata sansekerta untuk rumah mewah, sedangkan 'impak' bukan kata Jawa. Pelajari lebih lanjut di Wikipedia Bahasa Jawa.
Bagaimana bahasa Jawa untuk 'Saya' (aku)?
Dheweke
Aku
Kula
Panjenengan
Dalam bahasa Jawa ngoko, kata 'aku' digunakan untuk menyatakan 'saya'. 'Kula' adalah bentuk halus (krama inggil). 'Panjenengan' artinya Anda, dan 'dheweke' berarti dia. Pelajari lebih lanjut di Wikipedia Bahasa Jawa.
Bagaimana bahasa Jawa untuk 'Dia' (laki-laki atau perempuan)?
Kowe
Panjenengan
Dheweke
Aja
Kata 'dheweke' dalam bahasa Jawa ngoko berarti 'dia'. 'Panjenengan' digunakan untuk merujuk pada orang kedua yang dihormati. 'Kowe' berarti kamu, dan 'aja' berarti jangan. Pelajari lebih lanjut di Wikipedia Bahasa Jawa.
Bagaimana bahasa Jawa untuk 'Makan'?
Dhahar
Ngunyah
Mangan
Dahar
Kata 'mangan' adalah bentuk bahasa Jawa ngoko untuk 'makan'. 'Dhahar' adalah bahasa Jawa krama inggil. 'Ngunyah' berarti mengunyah, sedangkan 'dahar' adalah padanan serapan. Pelajari lebih lanjut di Wikipedia Bahasa Jawa.
Bagaimana ungkapan 'Apa kabar?' dalam bahasa Jawa?
Pripun kabar?
Kepiye kabarmu?
Punapa kabar?
Kepiye awakmu?
Ungkapan 'Kepiye kabarmu?' umum digunakan dalam bahasa Jawa ngoko untuk menanyakan kabar. 'Pripun kabar?' kurang lazim dan 'Punapa kabar?' adalah krama. 'Kepiye awakmu?' berarti 'bagaimana tubuhmu?'. Pelajari lebih lanjut di Wikipedia Bahasa Jawa.
Dalam bahasa Jawa, kata 'tidak' sehari-hari adalah…
Kudu
Ora
Mboten
Aja
Dalam ragam ngoko, kata negatif untuk 'tidak' adalah 'ora'. 'Mboten' digunakan dalam krama, 'aja' berarti jangan, dan 'kudu' berarti harus. Perbedaan ini penting untuk memilih kosakata sesuai situasi. Pelajari lebih lanjut di Wikipedia Bahasa Jawa.
Pilihan kata yang menunjukkan tindakan selesai dalam bahasa Jawa adalah…
Aja
Isih
Wis
Durung
Kata 'wis' menunjukkan bahwa suatu tindakan sudah selesai. 'Durung' menandakan belum selesai, 'isih' artinya masih, dan 'aja' berarti jangan. Pembedaan ini sering muncul dalam percakapan sehari-hari. Pelajari lebih lanjut di Wikipedia Bahasa Jawa.
Partikel yang dipakai untuk menyatakan kepemilikan seperti 'rumahku' dalam bahasa Jawa adalah…
-ni
-e
-ku
-mu
Akhiran '-ku' dipakai untuk menyatakan kepunyaan orang pertama tunggal, misalnya 'omahku'. '-mu' untuk kepemilikan orang kedua, '-e' menandakan artikel atau partikel, dan '-ni' bukan sufiks kepemilikan. Pelajari lebih lanjut di Wikipedia Bahasa Jawa.
Perbedaan penggunaan 'sing' dan 'kang' dalam bahasa Jawa adalah…
Sing untuk ngoko, kang untuk krama
Sing untuk menegas, kang untuk menolak
Sing untuk subjek, kang untuk objek
Sing untuk menyambung relatif, kang untuk krama madya
Kata 'sing' digunakan sebagai kata sambung relatif dalam bahasa Jawa ngoko, sedangkan 'kang' sering muncul dalam krama madya untuk fungsi serupa. 'Sing' dan 'kang' keduanya menghubungkan klausa, namun ragam dan tingkat kesopanannya berbeda. Pelajari lebih lanjut di Wikipedia Bahasa Jawa.
Dalam kalimat 'Aku padha mangan', kata 'padha' berfungsi sebagai…
Penegas subjek jamak
Partikel tanya
Kata negatif
Kata sambung
Kata 'padha' dalam bahasa Jawa menegaskan subjek plural (kita/ mereka) sehingga bermakna 'bersama-sama'. Ia bukan partikel tanya, sambung, atau negatif. Pemahaman kata ini penting untuk struktur kalimat jumlah jamak. Pelajari lebih lanjut di Wikipedia Bahasa Jawa.
Bentuk krama madya dari kata 'makan' adalah…
Mangan
Dhahar
Dahar
Ngunyah
Dalam ragam krama madya, kata untuk 'makan' adalah 'dhahar'. 'Mangan' adalah ngoko, 'ngunyah' berarti mengunyah, dan 'dahar' adalah serapan/kesalahan ejaan. Pilih ragam yang sesuai konteks. Pelajari lebih lanjut di Wikipedia Bahasa Jawa.
Akhiran '-é' setelah kata benda dalam bahasa Jawa untuk menunjukkan…
Kepemilikan
Penegasan objek
Kata sambung relatif
Penegasan subjek
Akhiran '-é' atau dingdong dipakai untuk menegaskan objek atau mengindikasikan bahwa sesuatu sudah pasti. Ia bukan untuk kepemilikan (yang pakai '-ku', '-mu'), bukan subjek, dan bukan kata sambung relatif. Pelajari lebih lanjut di Wikipedia Bahasa Jawa.
Sinonim kata 'endah' (indah) dalam bahasa Jawa adalah…
Hezek
Ayuning
Dhewek
Busuking
Kata 'ayuning' merupakan sinonim untuk 'endah' yang artinya indah atau bagus. 'Busuking' berarti jelek atau busuk, 'hezek' artinya kotor, dan 'dhewek' artinya dia. Sinonim membantu memperkaya kosakata. Pelajari lebih lanjut di Wikipedia Bahasa Jawa.
Antonim kata 'seneng' dalam bahasa Jawa adalah…
Sedhih
Wangi
Langsing
Keras
'Sedhih' adalah lawan kata atau antonim dari 'seneng' yang berarti sedih. 'Langsing' artinya kurus, 'keras' artinya keras, dan 'wangi' artinya harum. Kosakata antonim sering digunakan untuk mengekspresikan emosi berlawanan. Pelajari lebih lanjut di Wikipedia Bahasa Jawa.
Kata sambung kondisi 'jika' atau 'kalau' dalam bahasa Jawa adalah…
Yen
Nanging
Lan
Malah
Kata 'yen' digunakan untuk menyambung klausa kondisi setara dengan 'jika' atau 'kalau'. 'Lan' berarti dan, 'nanging' berarti tetapi, dan 'malah' berarti justru. Penggunaan kata sambung tepat memperjelas hubungan logis. Pelajari lebih lanjut di Wikipedia Bahasa Jawa.
Bentuk benarkah kalimat 'Aku ora ngerti'?
Perlu diubah menjadi 'Aku ora ngertos'
Salah
Benar
Perlu diubah menjadi 'Aku mboten ngerti'
Ungkapan 'Aku ora ngerti' sudah benar dalam ragam ngoko untuk menyatakan 'Saya tidak mengerti'. 'Ngertos' adalah krama madya, dan 'mboten' juga krama. Pemilihan ragam disesuaikan konteks dan lawan bicara. Pelajari lebih lanjut di Wikipedia Bahasa Jawa.
Bentuk pasif bahasa Jawa pada kalimat 'Ibu memberi makan kucing' adalah…
Kucing diparingi déning mangan ibu
Ibu diparingi mangan kucing
Kucing diparingi mangan déning ibu
Mangan diparingi déning kucing ibu
Dalam bahasa Jawa, bentuk pasif ditandai oleh partikel 'diparingi' dan frasa agen 'déné déning'. Susunan yang tepat adalah 'Kucing diparingi mangan déning ibu'. Ini sesuai aturan struktur pasif. Pelajari lebih lanjut di Wikipedia Bahasa Jawa.
Reduplikasi kata untuk menandakan intensitas dalam bahasa Jawa dapat berupa…
Murni
Cetha-cetha
Mung
Cetha
Reduplikasi 'cetha-cetha' menekankan makna sangat jelas. Contoh lain: 'gedhé-gedhé' (sangat besar). Reduplikasi memperkuat atau menambah nuansa makna. Pelajari lebih lanjut di Wikipedia Bahasa Jawa.
Idiomatic expression 'ngguyu koyo nang pipis' artinya…
Marah besar
Tertawa terbahak-bahak
Menangis tersedu-sedu
Diam membisu
Idiom ini menggambarkan tawa yang sangat keras hingga bersuara mirip gemericik air kecil. Makna idiom menggambarkan situasi tertawa terbahak-bahak. Idiom sering memperkaya ekspresi bahasa. Pelajari lebih lanjut di Wikipedia Bahasa Jawa.
Partikel 'pancen' dalam kalimat Jawa menandakan…
Larangan
Pertanyaan
Penegasan
Persetujuan
Kata 'pancen' berfungsi untuk menegaskan kebenaran atau fakta. Contoh: 'Pancen enak rasane' (Memang rasanya enak). Ia bukan pertanyaan, larangan, atau persetujuan formal. Pelajari lebih lanjut di Wikipedia Bahasa Jawa.
Pilihan kata 'akeh' dan 'loba' dalam bahasa Jawa, yang berarti 'banyak', lebih formal?
Akeh
Akeh lan loba sama saja
Loba luwih sopan
Loba
Kata 'akeh' lebih umum dan netral, sedangkan 'loba' cenderung regional (Banyumas). Untuk konteks formal, 'akeh' lebih sering diterima. Pelajari lebih lanjut di Wikipedia Bahasa Jawa.
Dalam bahasa Jawa halus (krama inggil), kata 'saya' adalah…
Kulo
Dalem
Awak
Sampeyan
Dalam krama inggil, kata untuk 'saya' adalah 'dalem'. 'Kulo' adalah krama madya, 'awak' artinya tubuh, dan 'sampeyan' artinya Anda. Ragam ini dipakai untuk menghormati lawan bicara. Pelajari lebih lanjut di Wikipedia Bahasa Jawa.
Penggunaan bentuk 'piyambakipun' menunjukkan ragam…
Krama inggil
Madya
Campuran
Ngoko
'Piyambakipun' adalah kata ganti orang ketiga dalam ragam krama inggil. 'Dheweke' untuk ngoko, 'panjenengan' untuk orang kedua, dan madya memiliki bentuk lain. Penggunaan ini menandakan sopan santun tinggi. Pelajari lebih lanjut di Wikipedia Bahasa Jawa.
Perbedaan 'mboten' dan 'ora' terletak pada…
Waktu lampau vs sekarang
Ragam bahasa: krama vs ngoko
Subjek vs objek
Makna positif vs negatif
'Mboten' digunakan dalam krama (sopan), sedangkan 'ora' untuk ngoko (baku sehari-hari). Keduanya memiliki makna negatif sama. Pilih ragam sesuai lawan bicara. Pelajari lebih lanjut di Wikipedia Bahasa Jawa.
Kata kerjakan perintah 'bawa buku itu kepada guru' dalam bahasa Jawa adalah…
Mbawa buku kuwi marang guru
Jupuk guru lan wenehi buku
Wenehi guru karo buku kuwi
Jupuk buku kuwi lan wenehi guru
Bentuk imperatif ngoko yang benar: 'Jupuk buku kuwi lan wenehi guru'. Kata 'jupuk' berarti ambil/bawa, 'lan' berarti dan, 'wenehi' berarti berikan. Struktur ini sesuai kaidah. Pelajari lebih lanjut di Wikipedia Bahasa Jawa.
Istilah kuno untuk desa dalam bahasa Jawa Kuna adalah…
Karajan
Nagara
Gunung
Desa
Dalam aksara Jawa Kuna, kata 'nagara' sering digunakan untuk menyebut wilayah atau desa. 'Desa' adalah bentuk modern, 'karajan' berarti kerajaan, dan 'gunung' berarti gunung. Pengetahuan ini penting untuk teks klasik. Pelajari lebih lanjut di Wikipedia Bahasa Jawa Kuna.
Kalimat retoris 'Sapa sing ora seneng dolanan?' bertujuan…
Memberi perintah
Menanyakan pilihan
Mengungkapkan kebencian
Menegaskan bahwa semua orang suka dolanan
Pertanyaan retoris ini bertujuan menegaskan bahwa semua orang suka bermain. Tidak benar-benar mencari jawaban, melainkan menekankan ide. Bentuk retoris sering dipakai untuk efek dramatik. Pelajari lebih lanjut di Wikipedia Bahasa Jawa.
Dalam teks tembang macapat, metrum 'Dhandhanggula' mengandung pelog pada nada ke-…
5
9
2
7
Tembang macapat Dhandhanggula menggunakan pelog pada nada ke-5 sesuai teori karawitan. Nada ini memberikan ciri khas melodi yang lembut. Pengetahuan ini penting bagi yang mendalami kesenian Jawa. Pelajari lebih lanjut di Wikipedia Macapat.
Archaic word 'karana' dalam bahasa Jawa Kuna berarti…
Walaupun
Sesudah
Tanpa
Karena
Dalam bahasa Jawa Kuna, 'karana' merupakan serapan Sansekerta yang berarti 'karena'. Kata ini banyak muncul dalam prasasti dan naskah kuno. Memahami arti ini penting untuk membaca teks sejarah. Pelajari lebih lanjut di Wikipedia Bahasa Jawa Kuna.
Interpretasi metafora 'banyu muntange pati' dalam bahasa Jawa bermakna…
Sangat buruk kondisi air
Pertumbuhan yang lambat
Keputusan yang terlambat dan sia-sia
Kebahagiaan berlebihan
Metafora ini menggambarkan kondisi di mana usaha dilakukan setelah semuanya hilang, sehingga menimbulkan sia-sia. 'Banyu muntange pati' secara literal air setelah mati, menunjukkan terlambatnya tindakan. Kosakata kiasan memperkaya pemahaman budaya. Pelajari lebih lanjut di Wikipedia Bahasa Jawa.
0
{"name":"Bagaimana bahasa Jawa untuk 'Selamat pagi'?", "url":"https://www.quiz-maker.com/QPREVIEW","txt":"Bagaimana bahasa Jawa untuk 'Selamat pagi'?, Bagaimana bahasa Jawa untuk 'Terima kasih'?, Ungkapan afirmasi 'Ya' dalam bahasa Jawa sehari-hari adalah…","img":"https://www.quiz-maker.com/3012/images/ogquiz.png"}

Study Outcomes

  1. Identify Kosakata Kunci -

    Mengetahui dan memahami makna kosakata penting dalam kuis bahasa Jawa kelas 5 untuk memperluas perbendaharaan kata siswa.

  2. Apply Tata Bahasa Jawa -

    Menerapkan aturan tata bahasa dalam latihan soal Bahasa Jawa semester 2, termasuk penggunaan imbuhan dan struktur kalimat yang tepat.

  3. Differentiate Jenis Kalimat -

    Membedakan berbagai jenis kalimat (deklaratif, interogatif, imperatif) melalui kumpulan soal Bahasa Jawa SD kelas 5.

  4. Analyze Pemahaman Bacaan -

    Menganalisis konteks dan makna dalam teks pendek menggunakan quiz Bahasa Jawa online untuk meningkatkan kemampuan membaca.

  5. Reinforce Persiapan Ujian -

    Memantapkan kesiapan menghadapi ujian Bahasa Jawa kelas 5 Semester 2 dengan mencoba berbagai soal latihan dan kuis interaktif.

Cheat Sheet

  1. Kosa Kata Kegiatan Sehari-hari -

    Pelajari kosa kata umum kegiatan sehari-hari seperti "mangan" (makan), "turu" (tidur), dan "ngombe" (minum) berdasarkan Kamus Besar Bahasa Jawa (Pusat Bahasa Indonesia). Buat flashcard dengan kode warna untuk setiap jenis kata agar lebih mudah diingat. Teknik Mnemonic "M-T-N" (Mangan-Turu-Ngombe) membantu menghafal urutan kosakata pokok.

  2. Tingkatan Bahasa: Ngoko, Madya, dan Krama -

    Kenali perbedaan fungsi dan konteks penggunaan bahasa Ngoko, Madya, dan Krama sesuai Modul Bahasa Jawa Universitas Negeri Yogyakarta. Contohnya, ungkapan "apa kabar?" di Ngoko menjadi "piye kabarmu?", sedangkan di Krama "piyé kabaring panjenengan?". Latihan dialog pendek tiap tingkat akan memperkuat pemahamanmu.

  3. Struktur Kalimat Sederhana (Subjek-Predikat-Objek) -

    Praktikkan pola S-P-O dalam kalimat seperti "Aku mangan sega" untuk membiasakan diri dengan urutan kata dasar, sebagaimana dianjurkan di Modul Bahasa Jawa UGM. Gunakan rumus singkat "S-P-O ⇒ Aku-Mangan-Sega" agar mudah diingat saat kuis. Variasikan dengan pertanyaan sederhana "Sapa sing mangan?" untuk mengasah pemahaman struktur.

  4. Afiks dan Reduplikasi -

    Pelajari cara menambah awalan dan akhiran seperti "ng-", "-ake", dan "-i" untuk membentuk kata kerja baru (contoh: "omong" → "ngomongake") berdasarkan penelitian Linguistik Fakultas Ilmu Budaya UGM. Reduplikasi kata sifat (contoh: "gedhé-gedhé" untuk sangat besar) sering muncul di soal. Buat tabel afiks agar mudah dipelajari dalam sesi latihan singkat.

  5. Pepatah dan Peribahasa Jawa -

    Hafalkan pepatah penting seperti "Sura dira jayaningrat, lebur dening pangastuti" dari naskah Serat Wedhatama untuk memahami nilai budaya dan makna filosofisnya. Gunakan teknik visualisasi cerita berikutnya untuk memperdalam ingatan, misalnya membayangkan konflik dan kedamaian dalam pepatah tersebut. Uji pemahaman dengan menuliskan arti harfiah dan maksud tersiratnya.

Powered by: Quiz Maker